Ribuan masyarakat mengisi area pesta rakyat dandang sewu yang dilangsungkan di areal persawahan Dusun Tegal Pakis, atau yang biasa dikenal dengan Kampung Sayangan.
Mereka sangat hendak sekali mengikuti pesta rakyat yang mengusung potensi desa sekaligus di antara sumber mata pencaharian penduduk setempat, yaitu kerajinan perlengkapan masak.
Beragam perlengkapan memasak menjadi produk utama yang didapatkan warga mulai dandang, panci, wajan, tudung saji, gelas, sutil, sampai oven kue. Aneka ragam perlengkapan masak itupun diperlihatkan menjadi background yang menarik, menyatu dengan daya tarik view pegunungan yang estetis pada panggung festival.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pesta rakyat ini sebagai salah satu teknik mempromosikan potensi penduduk Kalibaru sebagai pengrajin perlengkapan masak yang sudah dilangsungkan puluhan tahun. Kecamatan Kali baru sekitar ini sudah menjadi sentra kerajinan perangkat masak berbahan dasar aluminium dan stainless steel di Banyuwangi.
“Ini kesatu kalinya pesta rakyat dandang sewu digelar. Ini ialah bentuk Kami untuk menyokong adanya desa-desa yang berdikari dan berdaya laksana ini. Di sini, nyaris seluruh warganya jadi pengrajin perlengkapan dapur, unik sekali. Maka, kami bakal dorong supaya produk-produk mereka dapat mendapatkan pasar yang lebih luas. Salah satunya, anda kenalkan produknya melalui pesta rakyat semacam ini,” ujar Anas.
Sejak 1970-an, Kampung Sayangan dikenal sebagai “rumahnya pengrajin ‘dandang’. Dari semula melulu ada 2 pengrajin, sekarang sudah terdapat 34 pengrajin dengan kerajinan perlengkapan dapur yang beragam. Kualitasnya yang bagus, menciptakan produk khas Sayangan ini tidak sedikit diminati masyarakat. Bahkan, sudah merambah ke sekian banyak daerah di Indonesia. Di antaranya, distrik Sulawesi, Kalimantan, dan Irianjaya.
“Kami bakal terus melangsungkan even guna mengusung potensi desa di Banyuwangi untuk menambah daya saing dan memajukan penduduk setempat,” ujar Bupati Anas.
Festival tesebut memamerkan barisan puluhan penjaja dengan ragam peralatan masak. Toko toko yang sedang di pinggir jalan nasional itu menjadi etalase sekaligus tempat jual beli ragam peralatan masak semua pengrajin.
Salah satu empunya toko yang pun pengrajin perlengkapan masak, Mulisab (45) menuliskan dirinya adalah generasi ketiga yang menciptakan sekaligus menjual ragam peralatan masak. Kelurga besar bapak dari dua anak tersebut telah menggeluti profesi ini sekitar lebih dari 60 tahun. Selain memasarkan produknya di Banyuwangi dan wilayah sekitar, dia pun pernah mengirim produknya ke sejumlah daerah di luar Jawa.
“Dari semenjak kakek saya, telah menjadi pembuat dan penjaja peralatan masak. Saya sendiri meneruskan dari bapak saya,” katanya.
Selama ini, kata Mulisab omsetnya per bulan rata-rata Rp. 1-2 juta. Namun eksklusif di momen hari raya omset itu dapat naik sampai puluhan kali lipat. “Waktu hari raya kemarin omset saya hingga Rp 30 juta dalam masa-masa tujuh hari,” ungkapnya.
Dari hasil berjualan perlengkapan masak, Mulisab mengaku dapat menyekolahkan dua putrinya, yang sangat besar di bangku kuliah dan yang kecil di pondok pesantren. “Alhamdulillah semua keperluan terpenuhi dari menciptakan dan memasarkan peralatan masak,” jawabnya sumringah.
Festival ini pun dimeriahkan pelbagai acara. Mulai pameran pelbagai produk sayangan, lomba mengecat siswa TK, seni tari kreasi dandang, dan kesenian jaranan yang bakal dibawakan 500 pelajar.